Mahasiswi S1 Hubungan Internasional di Universitas Singaperbangsa Karawang.

Realitas yang berbeda: Barbieland vs Dunia Nyata

Rabu, 28 Mei 2025 11:56 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Barbie 2023: Pesona, Petualangan, dan Keajaiban dalam Film yang Ditunggu-tunggu
Iklan

Film Barbie 2023 menceritakan perjalanan dari Barbieland ke dunia nyata, mengkritik ketimpangan gender melalui kontras dua dunia berbeda.

Boneka plastik bernama barbie bukan hanya mainan biasa bagi sebagian anak perempuan, tetapi  juga kenangan masa kecil. Pada tahun 2023, film Barbie live action pertama kali diluncurkan. Dengan ciri khas warna pink-nya, film ini hadir sebagai nostalgia.

Film Barbie 2023 menceritakan perjalanan Barbie dan Ken dari Barbieland ke dunia nyata. Kehidupan Barbie yang awalnya terasa sempurna di Barbieland mendadak hilang. Barbie merasakan perasaan asing pada dirinya, seperti berpikir tentang kematian, kaki yang mendadak tidak jinjit, dan perubahan fisik lainnya.

Merasa ada yang aneh pada dirinya, Barbie pergi ke dunia nyata untuk mencari jawaban. Alih-alih menemukan jawaban, Barbie malah menghadapi tantangan-tantangan baru. Tenyata Barbieland dan dunia nyata adalah hal yang berbeda.

Dunia Nyata dan Ketimpangannya

Terkecuali Allan dan Midge yang diceritakan sebagai boneka keluaran Mattel yang memiliki identitas sendiri, semua identitas di Barbieland sama. Hanya Barbie dan Ken. Barbieland digambarkan sebagai dunia dimana Barbie (perempuan) memiliki kebebasan, kekuatan, dan kesetaraan. Dari dokter, hakim, pilot, hingga presiden pun dapat dijalani oleh para Barbie.

Di dunia ini, kehidupan para Barbie dan Ken terasa damai dan terstruktur. Tapi ketika Barbie memasuki dunia nyata, ia langsung merasakan perbedaan besar. Dunia ini dipenuhi oleh sistem patriarki, di mana laki-laki memegang kekuasaan dan ruang sosial lebih dominan. Salah satu adegan yang paling mencolok terjadi saat Barbie dan Ken berjalan di sepanjang pantai mengenakan pakaian mencolok dan sepatu roda warna-warni lengkap dengan baju berwarna terang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di Barbieland, gaya itu normal, tapi di dunia nyata, semua perhatian langsung tertuju pada mereka. Namun reaksi yang mereka terima sangat berbeda. Ken merasa senang dan percaya diri karena merasa dikagumi oleh orang-orang di sekitarnya. Dengan ekspresi wajah yang sumringah, Ken mengatakan bahwa orang-orang memperhatikannya. Berbeda dengan Barbie dan ekspresi herannya yang justru merasa tidak nyaman. Barbie digoda, disiuli, bahkan sekelompok laki-laki mengatakan “Give us a smile, blondie” padanya, atau yang biasa kita ketahui sebagai “Catcalling”.

Saat ia mengatakan kepada Ken bahwa tatapan orang-orang terasa mengancam, Ken justru tidak merasakan hal yang sama. Barbie menjawab, “Tatapan yang diberikan padaku rasanya mengandung kekerasan.” Ini menegaskan bagaimana perempuan sering merasakan ancaman yang tidak selalu disadari oleh laki-laki. Pada akhirnya, saat Barbie dilecehkan dan bereaksi dengan spontan memukul pelaku, ia justru ditangkap dan masuk penjara. Dunia nyata, tidak seperti Barbieland, bukan tempat yang ramah bagi perempuan. Film ini menunjukkan secara gamblang bagaimana ketimpangan gender bisa terasa bahkan dalam interaksi sehari-hari yang kelihatannya sepele.

Perjalanan Barbie dan Ken ke dunia nyata tidak hanya menjadi pengalaman pribadi, melainkan menjadi titik balik dalam memahami bagaimana struktur sosial bekerja secara tidak adil. Tidak hanya Barbie yang memiliki perubahan cara pandang tentang dunianya, tetapi Ken juga mengalami hal yang serupa. Di Barbieland, Ken tidak punya identitas atau kekuatan tanpa Barbie. Namun setelah merasakan bagaimana laki-laki mendominasi di dunia nyata, Ken justru menemukan rasa percaya diri dan rasa memiliki kekuasaan yang sebelumnya tidak ia miliki. Ken pulang ke Barbieland dengan membawa sistem patriarki yang ia pelajari di dunia nyata

Antara Fantasi dan Kenyataan

Film Barbie pada nyatanya bukan hanya film ringan untuk anak-anak atau nostalgia masa kecil. Lebih dari itu, film ini menyisipkan kritik terhadap struktur masyarakat yang sering dianggap biasa. Lewat kontrasnya kedua dunia ini, penonton diajak melihat bagaimana selama ini perempuan menyesuaikan diri pada standar yang tidak adil. Dari hanya sekedar bagaimana cara perempuan berpakaian, sampai bagaimana cara perempuan berbicara, semuanya diatur oleh ekspetasi.

Kita mungkin melihat Barbieland sebagai dunia fantasi, tetapi nilai-nilai di dunia fantasi ini menverminkan harapan banyak perempuan di dunia nyata. Melalui film ini kita dapat mempertanyakan ulang cara kita memandang kesetaraan, karena pada kenyataannya, dunia nyata masih jauh dari adil untuk beberapa orang.

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Keira Fatik Kinaya

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Hiburan

Lihat semua